Archive for Agustus 2014
Seandainya benar bahwa akhirnya Jokowi berhasil menjadi presiden indonesia yang ke 7 menggantikan SBY maka ada beberapa faktor yang perlu kita cermati bersama, kita ketahui bersama bahwa dari segi partai pendukung maka Jokowi jelas kalah jauh dibandingkan Prabowo, dengan hanya diusung PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, dan tambahan PKPI akan kalah telak dibandingkan dengan Prabowo yang menggondol partaipartai dengan suara yang lumayan besar seperti Gerindra, Golkar, PKS, PPP, PAN, PBB dan tambahan sebagian kader dari Demokrat lari ke koalisi ini mungkin karena kode dari bapak SBY yang lebih setuju jika penerusnya nanti Prabowo. Terlebih dukungan dari ulama-ulama besar juga nampaknya lebih condong ke Prabowo bahkan NU yang mungkin lebih dekat kepada PKB yang notabene adalah pendukung Jokowi beberapa ulamanya mendukung Prabowo.
Logika sederhananya yakni mesin partai sekarang sudah tidak begitu penting, masyarakat lebih melihat figur yang dicalonkan bukan lagi siapa partai pendukungnya ataupun siapa saja tokoh masyarakat yang mendukung. Kalau dilihat dari artis pendukung juga seimbang antara Jokowi dan Prabowo, dari sudut media keduanya agak berimbang, meskipun kalau dari kualitas pemirsa mungkin akan cenderung agak mendukung METRO TV karena banyak acara yang dinilai baik, berbeda dengan TVONE yang sering kena bully pengguna jejaring sosial akibat sering salah ketik atau bahasa gaulnya typo, kecuali jika faktor interfensi dari asing berpengaruh besar dalam hal ini. Seperti yang kita ketahui bersama banyak tokoh asing yang mendukung Jokowi. Jelas sekali. Namun ada lagi yang unik kaum non-islam sepertinya sangat getol dalam mencalonkan Jokowi, kenapa demikian? Entahlah... Mungkin karena Jokowi beberapa kali “menyelamatkan” kaum yang katanya minoritas ini. Contoh gampangnya sekarang berapa jumlah gereja di jakarta? Badingkan dengan ketika sebelum Jokowi menjabat. Dan beberapa kasus penggusuran masjid di jakarta Jokowi nampak adem ayem saja, lalu kalau kita ingat lagi larangan takbiran di jalan?? Dengan alasan keamanan dan membuat macet aneh bukan? Saat perayaan tahun baru dibebaskan dan beberapa jalan raya ditutup hanya untuk merayakan tahun baru. Lalu dua kalinya Jokowi telah mengangkat seorang wakil dari non-islam di Solo dan di Jakarta.
Dan ketika dia meninggalkannya otomatis keduanya dapat memimpin. Sekarang minoritas memimpin mayoritas, hebat bukan?. Lalu kalau kita kembali ke masalah parpol berarti parpol tak berjalan dengan baik, parpol tak lagi dipercaya oleh masyarakat, parpol di indonesia sudah ditelanjangi diawali saat pemilu 2004 saat presiden langsung dipilih oleh rakyat. Pada pemilu 2009 kembali rakyat menelanjangi parpol karena tidak dipercaya akhirnya rakyat memilih siapa wakilnya di parlemen dengan tangannya sendiri. Inilah demokrasi kawan, demokrasi... Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat, rakyat hampir sejajar seperti tuhan. Dan di pilpres 2014 parpol mendapat tamparan yang cukup telak yakni kalah oleh figur, mereka harus mengakui itu. Kaderisasi partai gagal total. Sehingga rakyat tidak percaya, faktor media pun sangat mempengaruhi, bagaimana tidak, kita setiap hari dijejali dengan tontonan kasus korupsi, kebejatan pejabat dan lain-lain rakyat dibuat jengah dan bosan dengan kelakuan itu-itu saja, dan menganggap semua partai sama saja, meskipun mengaku-ngaku partai dakwah namun ternyata korupsi juga itu yang ada dibenak rakyat. Ini seperti lampu kuning buat pelaku parpol bisa jadi di tahun yang akan datang calon Independent tanpa parpol menuju parlemen, tanpa parpol akan ada capres yang tidak diusung partai politik manapun.
Kemenangan Jokowi juga membuktikan bagaimana pendapat ulama masihkah didengar oleh masyarakat atau tidak, jika dibandingkan dengan Prabowo jelas Jokowi kalah dalam hal dukungan ulama nama kondang semacam AA Gym, dan beberapa ustadz lain secara terang-terangan mendukung Prabowo, sedangkan beberapa ulama NU pecah yang katanya pengusungnya Jokowi adalah PKB yang notabenya partai dari NU.
Apa yang salah disini?, yang menarik dari sisi Jokowi adalah marketing yang luar biasa dari sisi media, nampaknya Jokowi sangat memanusiakan wartawan sehingga sangat gampang kita menemukan berita baik tentang Jokowi, bahkan Jokowi kemanapun pergi selau ada saja media yang akan meliputnya bahkan selalu menjadi berita yang paling digemari masyarakat, sosok yang terlihat dekat dengan rakyat, modal muka ndeso dan banyak blusukan nampaknya menjadi salah satu faktor yang masyarakat sangat menyukainya.
Namun itu semua akan sangat membahayakan konstitusi, seperti yang kita tahu bersama pengalaman mengurus sebuah daerah tidak bisa menjadikan dasar mengelola negara, bisa kita lihat sendiri daerah yang akan ditinggal Jokowi selalu saja terpuruk, ini nyata.
Sekali lagi tulisan ini bukan tandensius menuduh Jokowi yang tidak-tidak, dan aku pun bukan Prabowo lovers, pahami lah kawan bahwa kita harus membuka mata kita dengan baik sehingga tak membabi buta membela orang.
Kalaupun Jokowi jadi presiden ya sudah, itu semua sudah terjadi, kita doakan semoga inilah yang terbaik, Allah memutuskan sesuatu bukan tanpa hal yang jelas, percayalah.
-ISH yang berada di kamar 3x3-