Posted by : Unknown
Sabtu, 07 September 2013
Ada ada saja ulah manusia jaman sekarang banyak hal yang
dilakukan ketika membutuhkan uang mulai dari alasan untuk membantu sesama,
untuk mendidik pemuda, meneruskan sekolah ataupun untuk menyambung hidup,
berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan uang itu, dari yang halal ataupun
yang haram, sampai ke yang tidak tau hukumnya entah haram, halal, makruh, mubah
#ahsudahlah, fenomena ini ntah terjadi dimana saja saya tidak tau, namun yang
pasti fenomena ini baru saja terjadi di depan saya dan saya pu merasakan
dampaknya.
Ngamen, orang bisa bilang bahwa pengamen adalah seniman
jalanan yang sedang mencari jati dirinya sehingga dapat mengapresiasikan
eksistensinya, apalah alasan mengamen yang jelas masing masing-masing orang
punya alasan sendiri untuk ngamen, mungkin karena tidak ada uang, mungkin
karena sekedar menyalurkan hoby, atau bisa jadi ingin dikira eksis, dan yang
paling unik agar bisa kemanapun gratis *naik bus ekonomi #pft.
Mengamen apakah sama halnya dengan pengemis? Ntahlah mungkin
sebagian kecil demikian, ada yang ngamen nyanyi lagu gak jelas terus setelah
dikasih receh baru pergi, berarti ini pengemis modern yang membawa alat musik
dong? Lha bukannya seniman itu fungsinnya menghibur bukan menganggu, alangkah
lebih baiknya para pengamen kini mulai sadar bahwa kita itu tak butuh pengamen kalau
hanya sebagai pengemis pembawa alat musik, kenapa gak sekalian saja pake pakean
rombeng supaya orang bisa membedakan mana seniman mana pengemis, gimana mau
gak? Situ sih enak tinggal genjrang genjreng seenak hati ya kita yang
mendengarkan dan merasa terganggu gimana? Kalian tidak merhatiin kita? Berarti
pelanggaran HAM dong, Jepang aja yang bayi nangis aja tetangganya lapor polisi
supaya tenang boleh karena orang itu terganggu dengan tetangganya, apa lagi
yang jelas mengganggu seperti ini.
Jangan hanya karena kita terus ngasih itu kita ridho banyak
diantara kita yang setelah ini pada ngomongin dibelakang, #nah! Kasihan juga
kan kalian? Mending segera taubat deh jangan bikin masalah baru lagi, negeri
ini sedang mencari jati diri coy... kalau pemudanya aja tidak tahu jati dirinya
bagaimana dia akan membangun bangsa ini, bagaimana dia akan menemukan bangsa
yang berjatidiri? Ayo deh jangan anggap kekritisan ini menghalangi kreatifitas
kalian, yang jelas kalian hanya dituntut lebih kreatif dan lebih peka saja
terhadap sesama, ok!.
Trus juga karena saya di Sem***** jadi sering melihat
mahasiswa yang ngamen rame-rame untuk mencari dana untuk acara baksos, acara
pelatihan khusus, acara pengembangan diri *apa nih pengembangan diri? #ahsudahlah.
Mungkin inisiatif yang bagus ketika dapat membantu sesama, dan makin menambah
kemampuan diri namun salah satu point negatifnya adalah ketika mereka datang dengan
rame-rame lalu rame-rame nyanyi trus rame-rame minta duit setelah selesai
mereka pergi, setelah diberi langsung pergi entah mempertimbangkan suara maupun
alat musik kesannya asbun (asal bunyi). Biasanya rumah makan yang jadi
targetnya dan dengan rasa tidak enak kita membagikan uang kita. Apakah ini
dibenarkan?.
Sepengetahuan saya jika pernah membaca novel dari Andrea
Hirata yang berjudul Edensor bahwa pengamen luar negeri itu menunjukan aksinya
di jalan-jalan yang ramai, meletakkan kaleng kosong yang nantinya bisa diisi
dengan uang oleh para pendengar yang menikmatinya di suatu tempat tertentu dan
tidak ada unsur tidak enak hati, dia pun tidak berkeliling meminta-minta,
ataupun seperti yang dilakukan Andrea Hirata di Prancis dia beaksi seolah-olah
seperti patung orang yang lewat dan merasa terhibur akan memberikan uang
melalui kaleng tersebut.
Apakah ini yang diajarkan budaya Indonesia? Ntahlah tanyakan
pada diri masing-masing, benar adanya atau memang sengaja membudayakan kita
pada budaya meminta-minta dengan kedok seniman. Semoga yang saya tulis tidak
menimbulkan SARA atau menjelekan siapapun, hanya bermaksud mengingatkan dan
mari kita sama-sama membangun Indonesia, kalau bukan kita siapa lagi? Mulai dari
sekarang, mulai dari saat ini.
Salam dari pojok kamar -ISH-